Oleh Syaf Lessy (aktivis Maluku)
AtimNews.com | Maluku - Proses perubahan konstalasi indonesia berlangsung begitu pesat dan cukup dramatik. Hal ini Memunculkan statistik yang kurang melegakan, kaitannya dengan urgensi politik sebagai implikasi dari cuaca politik kultural agamais yang begitu menjamur beberapa tahun terakhir.
Berbagai masalah sosial terhadap kebuntuan politik nasional, yang mengisyaratkan timbulnya ketimpangan terhadap situasi ketidakstabilan keberadaan ruang ruang publik, di dalam melihat praktek perilaku masyarakat yang bertumpang tindih dengan agenda politik nasional.
Dalam telaah habituasi politik Indonesia, tentu ada gambaran kritis yang mencoba menegasikan bentuk pengabaian terhadap ruang ruang sosial publik. Saling menghujat, memprovokasi massa bahkan pada tindakan yang menghendaki bentuk format politik primordial yang mencekik. Hal ini pun semakin masif terjadi di tataran akar rumput masyarakat.
Berdasarkan jajak pendapat sembari mengiyakan bahwa, ada rangkaian distorsi panjang yang mencoba bergerumul dengan keberadaan entitas sosial kultural masyarakat Indonesia, dengan begitu pesatnya polemik transidentitas dan transkultural yang sering berdiaspora ke dalam bentuk yang lebih kritis yakni konflik horizontal.
Berbagai polemik sosial yang bermunculan pun beragam dan multieffeck, benturan benturan yang terjadi dalam pandangan konflik, tentu mengindikasikan pola perlakuan sosial yang begitu mengancam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ada semacam kekuatan hegemoni politik yang bermain pada wilayah suprastrukturpolitik maupun infrastrukturpolitik, di dalam memanggungkan dan melanggengkan basis kekuatan politik dengan upaya memprovokasi publik masyarakat Indonesia.
Dalam melihat format seperti ini tentu ada upaya untuk membangun kekuasaan politik dengan mencoba menghimpun berbagai kekuatan sosial mayoritas maupun minoritas, yang bervariasi dan beragam jenis dengan basis massa yang selalu mengedepankan isu Agama, suku Ras, orang pribumi dan bukan pribumi dan berbagai jenis faktor lainnya.
Ada konsepsi ideologi tunggal yang di bangun untuk mereduksi perhatian publik, yang berhasil menggabungkan semua elemen sosial maupun kelompok kepentingan dalam memanggungkan Indonesia dengan tawaran konflik sektoral terhadap format praksis legalnya Persoalan disintegrasi sosial.
Ketika kita menjejaki setiap transformasi perjuangan politik di Indonesia, ada semacam kepanikan publik yang di konstruk dengan kesepakatan dan kesamaan ideologis. didalam menggerakkan dan mempengaruhi kehendak kolektif, untuk menawarkan sebuah konsepsi baru yakni yang punya basis politik mayoritas maka itu yang akan berkuasa sebagai Hegemoni politik kekuasaan.
Meminjam tulisannya Adnan buyung Nasution dalam dramaturgi pemikirannya, mencoba menggugat bahwa pada umumnya, asumsi politik yang keliru dengan kondisi Tikungan politik buruk merupakan akibat keterpenjaraan pada ideologi yang di pahami secara simplistik atau keterbatasan rasional politik daripada aktor politik kita di panggung negara.
Dalam format politik seperti ini boleh di katakan bahwa ada rangkaian distorsi, kerancuan dan situasi irasional politik sektoral pasif yang masif bahkan di pelihara dalam setiap perhelatan kepentingan politik nasional.
Sejauh pengamatan saya dengan analisis yang sadar konteks, saya melihat bahwa adanya konfigurasi elit dengan kepentingan politik masih melanggengkan kekuatannya dengan basis politik yang begitu mapan dan tersistem, oleh karena itu perlu adanya upaya pembongkaran tatanan politik yang pasif dan primordial baik di Tataran infrastrukturpolitik maupun suprastrukturpolitik.

