AtimNews.com l Aceh Timur - Kejadian penutupan dan pengusiran wisatawan local yang dilakukan oleh kalangan santri kembali terjadi di Aceh Timur, para santri yang datang dari berbagai dayah se kabupaten Aceh Timur menyisir pantai untuk meminta para wisatawan kembali dan meninggalkan pantai, pengusiran ini bukan tanpa sebab dan asalan, alasan yang paling logis adalah dalam upaya penegakan amar ma'ruf nahi mungkar, dalam upaya memberantas kemaksiatan yang terjadi, diantaranya berbaurnya laki laki dan perempuan yang bukan muhrim, tindakan ini patut diapresiasi karena dengan adanya gerakan santri, kemaksiatan yang sudah lazim terjadi ditempat tempat wisata dapat diberantas dan tentu hal ini juga dapat menghindari kemurkaan Allah sehingga tidak terjadi nya bencana alam yang mengorbankan masyarakat.
Menyikapi hal itu, Ketua Lembaga Kajian Strategis dan Kebijakan Publik (Lemkaspa) Cabang Aceh Timur, Sanusi Madli meminta kepada pemerintah daerah supaya dapat menindak lanjuti wacana optimalisasi penggunaan pantai sebagai tempat wisata syariah yang pernah di suarakan oleh Ormas, dan OKP se Kabupaten Aceh Timur, hal ini penting supaya keinginan masyarakat dapat dipenuhi dengan tidak melanggar ketentuan ketentuan syariat, sehingga kejadian pengusiran tidak lagi terjadi.
"pemerintah perlu mengakomodir keinginan masyarakat dalam memanfaatkan pantai sebagai tempat wisata, namun juga jangan sampai melanggar syariat islam, karena melanggar syariat islam akan membawa bencana tersendiri bagi daerah, keinginan ini mesti diakomodir melalui perda, sehingga wisata jalan, syariat islam tidak dilanggar," ujar
Sanusi, Senin (29/7/2019)
Sanusi melanjutkan, wisata tidak bisa dihindari lagi untuk saat ini, karena itu sudah menjadi kebutuhan masyarakat, yang perlu dilakukan adalah mengformat wisata yang ada dengan konsep wisata syariah, dan ini merupakan potensi dalam meningkatkan pendapatan daerah serta meningkatkan perekonomian masyarakat kecil disekitar pantai, dan ini bisa menjadi cara baru dalam mengembangkan pariwisata pantai di Aceh Timur, yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami.
"Saat ini konsep syariah telah menjadi tren dalam pengembangan ekonomi global, mulai dari produk makanan, minuman, keuangan, pariwisata, hingga gaya hidup. mengingat tinggi nya minat masyarakat untuk hidup dalam lingkup syariah, maka banyak negara yang mulai memperkenalkan produk wisatanya dengan konsep halal dan Islami. Bahkan negara seperti Jepang, Australia, Thailand, Selandia Baru, dan sebagainya yang notabene bukan negara mayoritas berpenduduk muslim turut membuat produk wisata syariah, mengapa kemudian kita tidak mencontoh itu, padahal kita memiliki potensi untuk mengembangkan wisata syariah, dengan keunikan dan keindahan garis pantai," Lanjut Sanusi
Sanusi berharap, wisata syariah di Aceh Timur nantinya bisa menjadi role model untuk dikembangkan di daerah lain di Aceh, dan ini akan membuka peluang bisnis yang bagus bagi masyarakat sekitar, bahkan juga bisa menepis kesan bahwa tempat wisata itu identik dengan tempat maksiat, mesum dan hura-hura, dibeberapa daerah di Indonesia sudah mengembangkan wisata berbasis syariah seperti Lombok di NTB, Pulau Santen di Banyuwangi.
"Kita berharap, wisata syariah di aceh timur bisa menjadi role model dan inspirasi bagi daerah lain di Aceh," Ujar mantan sekjend pemuda dewan dakwah aceh ini
Wisata halal juga dapat dijadikan sebagai syiar islam, dengan memperkenalkan kebersihan sebagian dari iman, batasan interaksi antara laki laki dan perempuan, tempat ibadah yang nyaman dan fasilitas lainnya yang terpisah antara laki laki dan perempuan.
"tujuan mengembangkan wisata syariah bukan semata mata untuk bisnis, tapi mempertegas kembali bahwa Aceh merupakan daerah yang menerapkan syariat islam," tutup Sanusi. (Rls)